Mengenal Abu Bakar Ash-Shidiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq lahir pada tahun 573 Masehi di Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim, suku Quraisy. Abu Bakar adalah salah satu pemeluk Islam awal, salah satu sahabat utama Nabi, dan khalifah pertama sepeninggal Nabi Muhammad mangkat. Melalui putrinya, 'Aisyah, Abu Bakar merupakan ayah mertua Nabi Muhammad. Ash-Shiddiq yang merupakan julukan Nabi Muhammad kepada Abu Bakar, artinya yang berarti amat membenarkan karena Abu Bakar adalah orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra Miraj.
Abu Bakar menghabiskan masa kecilnya seperti anak Arab pada zaman itu di antara suku Badui yang menyebut diri mereka dengan nama Ahl-i-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar sering sekali bermain dengan dengan unta dan kambing, dan kecintaannya terhadap unta inilah sehingga diberi nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.
Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, Abu Bakar adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Kehidupan Awal Abu Bakar
Ketika umurnya berusia 10 tahun, Abu Bakar pergi ke Suriah bersama ayahnya dengan kafilah dagang. Nabi Muhammad yang pada saat itu berusia 12 tahun juga bersama kafilah tersebut. Pada tahun 591, Abu Bakar yang pada saat itu berusia 18 tahun pergi untuk berdagang, berprofesi sebagai pedagang kain yang memang sudah menjadi bisnis keluarga. Dalam tahun-tahun mendatang Abu Bakar sering sekali bepergian dengan kafilahnya. Perjalanan bisnis membawanya ke Yaman, Suriah dan beberapa tempat lainnya. Perjalanan bisnis inilah yang membuatnya semakin kaya dan semakin berpengalaman dalam berdagang.
Sebuah cerita ketika Abu Bakar masih kecil, ayahnya membawanya ke Ka'bah, dan meminta Abu Bakar berdoa kepada berhala. Setelah itu ayahnya pergi untuk mengurus urusan bisnis lainnya, meninggalkan Abu Bakar sendirian dengan berhala-berhala tersebut. Abu Bakar lalu berdoa kepada berhala, "Ya Tuhanku, aku sedang membutuhkan pakaian, berikanlah kepadaku pakaian". Berhala tersebut tetap acuh tak acuh tidak menanggapi permintaan Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya dan mengatakan "Ya Tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar". Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apapun dan acuh tak acuh. Melihat permintaannya tidak dikabulkan, kesabaran Abu Bakar habis lalu mengangkat sebuah batu dan berkata kepada berhala tersebut. "Di sini saya sedang mengangkat batu dan akan mengarahkannya kepadamu, kalau kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu sendiri". Abu Bakar lalu melemparkan batu tersebut ke arah berhala dan meninggalkan Ka'bah. Setelah itu, Abu Bakar tidak pernah lagi datang ke Ka'bah untuk menyembah berhala-berhala di Ka'bah.
Setelah kembali dari perjalanan bisnis dari Yaman, Abu Bakar diberi tahu oleh teman-temannya bahwa ketika beliau tidak berada di Mekkah, Muhammad menyatakan dirinya bahwa beliau adalah seorang utusan Allah. Berdasarkan keadaan saat itu dimana kepercayaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW lebih banyak menarik minat anak-anak muda, orang miskin, kaum marjinal dan para budak. Sulit diterima bahwa Abu Bakar justru termasuk dalam mereka yang memeluk Islam dalam periode awal dan juga berhasil mengajak penduduk mekkah dan kaum Quraish lainnya mengikutinya (memeluk Islam). .Abu Bakar lalu mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.
Kehidupan Abu Bakar r.a pada Masa Nabi saw.
Sebagaimana orang-orang yang pertama masuk Islam, cobaan yang diderita Abu Bakar As-Sidiq cukup banyak. Namun ia senantiasa tetap setia menemani Nabi dan bersama beliau menjadi satu-satunya teman hijrah ke Madinah pada 622 Masehi. Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Salah seorang budak yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan adalah Bilal bin Rabah.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah. Menjelang wafatnya Rasullullah, Abu Bakar ditunjuk sebagai imam shalat menggantikannya. Hal ini diindikasikan bahwa Abu Bakar kelak akan menggantikan posisi Nabi memimpin umat.
Masa Kekhalifaan Abu Bakar As Siddiq
Setelah Nabi wafat dan sedang menunggu dimakamkan, kaum muslimin mengadakan pertemuan di Safiqah (balai kota) Bani Saidah. Mereka membicarakan siapa sosok yang tepat untung menggantikan Nabi. Kelompok Ansar mengusulkan Sa'ad bun Ubadah. Kabar itu terdengar para sahabat dan keluarga yang sedang mengurus jenazah Nabi. Lalu tiga orang sahabat yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah menyusul ke pertemuan. Saat kelompok Ansar bertemu kelompok Muhajirin, terjadi perdebatan. Masing-masing bersikukuh mengajukan calon pemimpin pengganti Nabi. Perundingan tak juga mencapai titik temu. Sampai Abu Ubaidah menyampaikan: "Sahabat-sahabatku dari kalangan Ansar, kalian adalah pihak yang pertama menolong dan membela agama Islam. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadi orang pertama yang memecah belah dan merusaknya," ujar Abu Ubaidah.
Setelah suasana tenang, terpilihlah Abu Bakar sebagai pengganti Nabi dengan alasan Abu bakar adalah:
1. Sahabat nabi yang paling senior,
2. Selalu dekat dengan Rasulullah sehingga tahu cara memimpin umat dan negara,
3. Dermawan sehingga kekayaan yang dimilikinya dapat digunakan untuk perjuangan umat,
4. Disegani kamu Quraisy karena tegas,
5. Cerdas dan mau bekerja keras,
6. Pernah menggantikan Nabi sebagai imam shalat ketika Nabi sakit.
Abu Bakar As Siddiq adalah khalifah (pemimpin) pertama setelah Rasulullah Muhamamad SAW meninggal. Abu Bakar adalah orang pertama di luar keluarga Nabi yang memeluk Islam. Ia adalah sahabat dekat Muhammad yang paling dicintai, setia, sekaligus banyak mengikuti ajarannya. Laki-laki yang begitu rendah hati ini begitu mudah terharu, begitu halus perasaannya dan gemar bergaul. Abu Bakar mengorbankan harta bendanya untuk perjuangan Nabi.
Selama masa kekhalifaanya yang singkat, Abu Bakar berhasil mengembalikan kemurnian dan keagungan islam. Selama menjadi khalifah, Abu Bakar selalu memperhatikan rakyatnya. Hidupnya sangat sederhana dan tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya. Ia menyucikan islam dari orang-orang yang membangkang, memberontak, dan berpling darinya. Ia bersihkan orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan mereka yang enggan mebayar zakat. Abu Bakar juga mengumpulkan ayat-ayat suci Al-Quran yang disalin menjadi mushaf. Ia menjadikan ayat Quran dan As-Sunnah sebagai hukum. Di akhir kepemimpinannya, Abu Bakar memperluas daerah kekuasaan dengan mengirim tentara ke luar. Pada 634 M, Abu Bakar mengirim Khalid bin Walid dan pasukannya ke Irak. Mereka berhasil menguasai al-Hirah. Ia juga mengirim ekspedisi ke Suriah di bawah pimpinan empat panglima perang yakni Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan, serta Syurahbil.
Menjelang Abu Bakar Wafat
Abu Bakar mengutus orang-orang kepercayaannya ke Bizantium dan Sassanid sebagai misi menyebarkan agama Islam. Khalid bin Walid juga sukses menaklukkan Irak dan Suriah dengan mudah. Abu Bakar menjadi khalifah selama dua tahun dari 632-634 M (11-13 H). Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah dan dimakamkan disebelah makam Nabi di Masjid an-Nabawi. Sebelum meninggal, Abu Bakar berwasiat kepada Umar bin Khattab. Umar pun dipilih menggantikan Abu Bakar.
Hikmah dari Kisah Abu Bakar
1. Jujur dan Bertanggungjawab
Abu Bakar As-Shiddiq merupakan sahabat Rasulullah SAW yang sangat istimewa. Selain setia pada Rasulullah, dalam dirinya juga menonjol sifat jujur dan bijaksana. Ia juga selalu berkata yang benar sehingga dijuluki dengan as-shiddiq (orang yang jujur). Abu Bakar sangat jujur dalam mengemban amanat dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
2. Peduli Aspirasi Publik
Selama menjadi khalifah, Abu Bakar selalu memperhatikan rakyatnya. Hidupnya sangat sederhana dan tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya. Hal ini adalah wujud dari NNS bank Indonesia yaitu “peduli aspirasi publik”. Senantiasa mengutamakan dan melindungi kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Konsisten
Cobaan yang diderita Abu Bakar As-Sidiq cukup banyak. Namun ia senantiasa tetap setia menemani Nabi dan bersama beliau menjadi satu-satunya teman hijrah ke Madinah pada 622 Masehi. Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Perjuangan Abu bakar dalam mengembangkan Islam tidak pernah mundur, ia konsisten pada tujuan awalnya yakni ajaran islam tersebar.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Abu Bakar membebaskan para budak yang disiksa sehendaknya dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Salah seorang budak yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan adalah Bilal bin Rabah. Ia memerdekakannya untuk mencari keridhaan Allah.
Referensi dan Rujukan
a. https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq
c. https://www.youtube.com/watch?v=KUUI5SXPD9c
d. Buku, The Khalifah Abu Bakar- Umar – Utsman – Ali, Oleh Abdul Latip Talib tahun 2019,
e. Buku, Kisah Hidup Abu bakar Al-Shiddiq, Oleh Dr. Mustafa Murad tahun 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar